Minggu, 29 Juli 2007

Lima Tahun Terakhir, Merpati Zero Accident

Dirut Merpati Hotasi Nababan (Bagian Kedua dari 2 Tulisan) :

Krisis keuangan yang dialami tidak membuat Merpati mengendorkan safety atau faktor keamanan. Dalam lima-enam tahun terakhir, Merpati zero accident. "Satu hal yang tidak pernah berubah di Merpati adalah safety. Merpati tetap menjaga dogma safety yang dimiliki pilot," kata Hotasi Nababan, dirut Merpati Nusantara Airlines (Merpati) kepada wartawan Investor Daily, Primus Dorimulu, Edo Rusyanto, Purwantoro, dan pewarta foto Heri Gagarin di ruang kerjanya akhir pekan lalu. Berikut ini petikan wawancara.


Bagaimana kasus soal safety di Merpati?
Di Merpati itu banyak perubahan. Hanya satu yang tidak diubah, yaitu safety. Memang kami menjaga dogma safety yang dimiliki pilot. Walaupun, secara kompetisi itu kurang efisien. Misalnya, kami tidak akan memaksakan pilot terbangkan pesawat kalau ada kekurangan sparepart. Atau pengisian fuel menjadi tanggungjawab pilot bukan manajemen. Itu hal yang mendasar. Saya yakin Garuda dan Merpati menjalankan itu.
Selain itu, kami juga melakukan konsultasi teknis. Misal, apabila pilot tidak yakin terbang, dia bisa konsultasi dengan chief pilot, pihak manajemennya.

Sejak terjadi sejumlah kecelakaan pesawat beberapa waktu lalu, masyarakat semakin peka terhadap safety.
Soal safety factor, sepanjang 5-6 tahun belakangan ini, kami zero accident, sehingga per Juli 2007 premi asuransi kami semakin turun. Padahal, Indonesia di­-penalty oleh dunia internasional. Walaupun demikian, internasional menilai track record Merpati lebih baik. Jadi, dibandingkan tahun lalu premi asuransi kami turun 9%. Padahal, airline lain naik. Market share kami juga turun. Kalau tahun 2000, masih 35%-40%. Sekarang hanya 8%. Akhir tahun target kami 10%.

Apakah tarif Merpati di atas maskapai lain?
Penetapan tarif didasarkan pada mindset pelanggan. Garuda itu berada di kelas atas. Yang lain di bawah. Penumpang kelas atas kurang sensitif terhadap harga. Yang terpenting bagi mereka adalah safety, kebersihan, dan kenyamanan. Penumpang kelas bawah sensitif terhadap harga. Merpati ada di kelas tengah bersama banyak maskapai penerbangan lain.
Penetapan tarif Merpati tergantung rute. Untuk ke arah Timur, Merpati memang lebih mahal dari maskapai penerbangan lain. Walaupun demikian, orang masih milih Merpati karena faktor safety, kebersihan, dan kenyamanan. Kami sangat memperhatikan soal ini karena menurut survei kami, penumpang mempertimbangkan tiga hal itu, yakni safety, kebersihan, dan comfort.
Tapi kalau ke Barat, kami masih dianggap komoditas . Strategi kami tahun ini, melalui insentif komunikasi dan peningkatan reliable product kami berada di posisi tengah. Kalau orang mau naik murah dari Garuda tapi tetap nyaman dan safe, mereka masih milih Merpati.

Bagaimana langkah meningkatkan market sharing? Apakah ada rencana tambah pesewat?
Prioritas kami jangka pendek adalah penurunan cost dulu. Menjaga cash flow sehat dan cost dulu. Kalau sudah sustain, baru setelah itu ekspansi dengan penambahan armada lebih besar. Caranya yaitu, mengundang investor masuk untuk menghambil 40% saham.
Kami tidak mungkin melakukan ekspansi pada kondisi dana sendiri atau restrukturisasi belum selesai. Nanti, bisa bertambah derivative cost-nya. Istilahnya safe from zero dulu.

Tapi kabarnya ada penambahan pesawat dalam waktu dekat?
Minggu ini kami berencana menambah dua pesawat Boeing 737-300. Mulai Agustus menambah schedule, antara lain Jakarta-Palembang, Jakarta-Ambon, Jakarta-Ternate, Jakarta-Surabaya, Jakarta-Batam, Jakarta-Tanjung Pinang, terkait kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Kepri.

Ada rencana pembelian pesawat baru 2 atau 3 tahun ke depan?
Kalau beli pesawat jangka dekat, tergantung masuknya investor. Lebih baik investor yang mengerjakan karena ada kapital.

Semua pesawat itu sewa atau beli putus?
Sewa dengan opsi beli.

Dari segi safety, bagaimana usia pesawat yang Merpati punya?
Sekitar 15-20 tahun.

Kalau internasional berapa tahun?
Pesawat Dakota di Amerika masih dipakai. Di negara maju, pesawat tua masih dipakai. Misal 737 200 masih banyak digunakan, padahal di Indonesia sudah dilarang.

Apa karena pesawat baru belum menjamin keselamatannya?
Bukan begitu, tapi memang harga pesawat mahal. Selain itu, minimum pesawat di-desain 25 tahun. Dan, harusnya pesawat jarang rusak sebab ada jadwal pergantian sparepart.

Terkait dengan peningkatan waktu terbang dan pengurangan waktu grounded, alasannya kenapa?
Itu berkaitan dengan frekuensi terbang. Kami mengusahakan di atas 12 jam waktu terbang. Itu juga berhubungan dengan perawatan. Kalau makin banyak landing ada pengaruh ke perawatan.

Bisa dijelaskan soal rencana spin off?
Di Surabaya kami punya fasilitas perawatan pesawat (maintenance facility). Kami berniat melakukan spin off dengan menggandeng investor. Kami mengundang investor yang punya teknologi. Sehingga tidak hanya melayani pesawat domestik namun bisa juga melayani maskapai dari Singapura atau Cina.
Lalu, kami juga punya training center. Kami, sedang menjajaki kerja sama dengan investor yang mau jadi stimulator. Dengan sistem bagi hasil. Ini juga akan di-spin off.

Jelasnya, bagaimana tahap perkembangan spin off itu?
Sekarang ini kami masuk tahap menyusun info memo kepada pasar. Melihat siapa yang tertarik jadi investor untuk masuk ke MMF.Selain itu, secara pararel, MMF disiapkan menjadi perusahaan terbatas.

Berapa angka spin off itu?
Belum keluar dulu.

Kapan target waktunya?
Sebelum akhir tahun 2007.

Bagaimana dengan wacana merger Garuda-Merpati?
Idealnya, kami merger dengan Garuda. Tapi, kalau Merger bisa menimbulkan beban yang lebih besar karena kedua perusahaan sama-sama masih rugi. Tapi, ada solusi lain, yakni kerjasama operasi. Sekarang kami kerja sama di lapangan dengan Garuda. Selain itu, kami juga kerja sama dalam tiket terusan. Misal, Jakarta-Medan bisa menggunakan tiket Garuda. Lalu, Medan-Nias bisa pake tiket Merpati. Atau Jakarta-Denpasar Garuda, lalu Denpasar-NTT pakai Merpati.

Selama ini, bagaimana karakter penumpang domestik?
Penumpang domestik berbeda dengan luar. Kalau penumpang luar mereka sudah memiliki well-planned. Tapi, penumpang domestik, mereka bisa berubah di last minute. Maka tak heran jika penumpang domestik bisa memanfaatkan last minute sebelum pemberangkatan. Terkadang mereka juga membandingkan di last minute. Soalnya selama ini harga memang sangat berpengaruh.

Selama enam tahun masa sulit, Merpati bisa tetap eksis. Bagaimana strateginya?
Saya lihat banyak dukungan yang membuat Merpati tetap eksis. Seluruh pihak harus kerjasama. Pegawai sampai pemerintah. Kami harus menyatujukan satu visi, misi, tujuan. Oleh karena itu, semua pihak (termasuk pegawai) dimasukkan menjadi tim (bagian). Jadi kesuksesan ini merupakan bagian dari semua pihak.
Sebab, selama ini kami pernah melakukan penundaan gaji, pemotongan biaya kesehatan, penundaan bayar kepada supplier. Hampir tiap hari ada kejutan baru, dalam proses perbaikan yang kami lakukan. Tapi justru, krisis tersebut membuat manajemen Merpati bisa lebih kuat. Selain itu, kami tidak menjalankan pertumbuhan yang terlalu cepat. Sebab, kami tidak mau dengan pertumbuhan yang terlalu cepat menimbulkan irreversible, dimana kondisi kesulitan kembali muncul.

Pada saat nanti, lepas menjadi CEO Merpati, apa harapan bapak kepada CEO selanjutnya?
Harapan saya adalah Merpati bisa lebih baik. Pemimpin harus bisa membuat Merpati lebih maju.
ang perlu diperhatikan adalah Merpati bisa sustain, dan bisa berkembang terus. Bukan hanya bantuan dari negara atau kemudahan kebijakan dari pemerintah. Misalnya: persaingan masalah cost.
Setelah itu baru dilakukan ekspansi dengan segmen pasar yang spesifik. Kami memiliki segmen middle class. Kalau di Barat, tertinggi tetap Garuda. Kalau di tengah belum ada yang mendominasi. Perbedaan harga menimbulkan persaingan. Tapi, kalau di Timur, Merpati bisa menarik segmen tengah. *

Tidak ada komentar: